Kedua. Setelah Membeku Menunggu Persidangan

Apakah keinginan manusia harus semuanya terutarakan dan terpenuhi? 

Bagaimana dengan cinta dan perasaan? Apakah juga harus terwujudkan? 

Dengan mata seorang gadis berusia 20 tahun, mungkin aku banyak melihat pengkhianatan didunia ini. Seperti cerita yang paling marak adalah sebuah cinta yang dibalas dengan kejahatan. Sudahlah,  mungkin ini akan sangat rumit dan panjang, karena membicarakan perilaku manusia, adalah sebuah keniscayaan untuk menemukan titik ujungnya. 

Aku jatuh cinta kepada manusia yang mungkin sangat sulit untuk kumiliki. Dan sama dengan manusia seperti pada umumnya, kita sangat sulit ditebak, itu benar-benar menjemukan. Tak sekali dua kali ia membangun harapan dan menjatuhkanku lagi. Namun, aku sudah tak peduli. Mungkin semua akan berakhir sama. Pertanyaan paling dasar dari lubuk hatiku, akankah aku akan terus jatuh cinta pada orang yang sama?, . Terlalu cepat untuk menyimpulkan. Aku tau, bahwa orang orang yang lebih dewasa diluar sana akan mengutukku sebagai manusia yang naif dan dramatis. Tapi, lihatlah.. Aku benar-benar tak tau atas jawaban itu. 

Aku tak ingin menuntut balasan, karena pengharapan memang memiliki kepastian yaitu kekecewaan. Malas sekali, untuk merasakannya lagi.  Kugarisbawahi bahwa ini merupakan pengakuan sekaligus pertanyaan. 

Untukmu, yang tak tau hendak kusebut apa. Rasanya bodoh sekali ketika denyut nadiku ikut merasakannya. Aku tak membenarkan segala hal bentuk yang kurasakan. Ini semua bentuk konsekuensi dari dosa yang telah kulakukan. Dan aku ingin sekali mengakhirinya. 

Sayang, aku tak tau juga hendak melangkah kemana seperti apa. Tak tau juga rumah yang telah kubangun hendak ku fungsikan sebagai apa, karena pada nyatanya kamu adalah pemiliknya. Menikahlah, betapa iri aku melihat mu dengan wanita itu. Namun aku masih tetap disini. Aku akan beribadah, menghamba pada satu-satu nya hak yang bisa kuhamba, dengan hati yang masih sama. 

Posting Komentar

0 Komentar