Pengabdian dan Cita-cita

 Kabar baiknya, aku adalah serang wanita. Yang, akan diperlakukan selembut apapun itu akan berdampak sekali rasanya. Seperti akhir-akhir ini. Ketika masa pengabdianku telah menginjak umur balita. Beberapa agenda dan acara dapat memberikan pengaruh pada suasana mood ku. Banyak sekali tuntutan yang baru saja aku pelajari. Terutama pastinya adalah masalah santri.

Jujur, bukanlah hal yang mudah untuk dapat menahan amarah agar tak meledak semena-mena. Perlu aku mengontrol emosi dan air mata agar sebisa mungkin tak merusak mereka. Aku dan santriku. Sebisa mungkin aku harus terlihat terkendali dan berwibawa bagaimanapun itu caranya. Seperti contoh sederhananya di malam ini. Malam ini, juga beberapa malam sebelumnya, merupakan jadwal peminjaman hape. Dan, seperti peraturan umum biasanya, kesempatan tiap santri untuk melakukan panggilan terhadap sanak keluarganya cukup 10 menit saja. Sudah menjadi hal yang wajar jika beberapa dari mereka ada yang sengaja lupa atau benar-benar lupa kesempatan sepuluh menit itu. Alhasil, habislah waktu setengah jam hanya mendapat dua panggilan saja.

Dan malam ini. Aku hanya bisa diam, melihat waktuku habis untuk menunggu mereka. Sudah susah payah kualihkan fokus dan amarahku pada buku bacaan yang sedang kubaca, namun sia-sia, aku tak dapat biasa saja. Mood ku berubah seketika.

Untuk merubah perasaanku yang bersalah karena kurang bisa menahan rasa sabar dan kurang berhasil dalam mengendalikan hati, aku menuntut diriku untuk menulis ini. Sesuatu yang setidaknya bisa abadi memberikan pelajaran. 

Malam ini bercerita dengan sederhana. Tentang memahami dan saling merelakan. Bagaimanapun juga mereka adalah santriku. Dan kewajiban seorang guru adalah memaafkannya. Apalagi aku, yang bahkan sama sekali belum bisa mencontohkan hal yang baik untuk mereka. Semoga, setelah ini mengudara, aku dapat menjadi satu persen lebih baik lagi.

Karena aku juga baru saja mendapatkan beberapa pelajaran dari buku yang sedang kubaca. Kebiasaan seringkali muncul tanpa keistimewaan sampai Anda melewati suatu ambang batas kritis dan membuka pintu ketataan performa baru. Aku mendapatkannya dari Automic Habits karya James Clear, dan sungguh, aku ingin mempratekannya, dan mengubah identitasku menjadi seorang wanita yang ku mau. Bukan hanya 'menjadi' kini, namun aku adalah identitas itu.

Selamat menjadi manusia yang baru!

Posting Komentar

0 Komentar