Assalamualaikum,
Mungkin tulisan ini akan menjadi tulisan sejenis dengan surat pengakuan. Bukan pengakuan cinta tentunya. Hehe..
Kau tahu? Beberapa malam terakhir ini aku merundingkan masalah cita-cita. Merundingkan dengan diriku sendiri. Jujur saja, permasalahan bercita-cita sudah merupakan hal yang lama kupusingkan namun juga tak kunjung basi. Entah ketika aku berada di pondok pesantren, maupun dirumah. Mungkin memang saat-saat inilah kita sedang dihadapkan dengan hal-hal terkait masa depan. Bersama sahabat-sahabatku, entah sudah berapa kali kami memperdebatkan tema yang sama. Cita-cita. Terasa menyenangkan untuk bermimpi namun beriringan juga dengan ragu yang tak bisa juga ditepis. Inilah yang dinamakan dilema.
Kata kebanyakan orang, juga buku-buku, artikel, nasehat, dan apapun itu, masa menjadi remaja yang akan memasuki fase dewasa inilah masa-masa yang paling menentukan masa depan kita esok. Untuk batasannya, kira-kira masa SMA lah, sepertiku saat ini. Memang benar ternyata, hari-hariku selama aku di sekolah menengah kuhabiskan dengan memikirkan masa depan. Pertanyaan-pertanyaan tentang bagaimana masa depanku esok menjadi sesuatu yang gado-gado. Antara ada dan tiada.
Siapa sih yang tidak suka bermimpi? Aku yakin, hampir sebagian besar manusia normal suka bermimpi, karena didunia impianlah sosok kita menjadi orang yang paling bahagia dimuka bumi. Namun ternyata realitanya sangat jauh berbeda. Okey.. Itu pengalaman pribadiku.
Cita-citaku sendiri sedari kecil berubah-ubah, dan yang paling konyol adalah ingin menjadi penyanyi. Dengan suara yang separau ini, aku bernostalgia, sadarkah wahai Salma kecil, jangan mengingkari ciptaan Allah please.. Beranjak paham, dan mulai ada hawa persaingan di kehidupanku, aku mulai belajar mencanangkan target. Mendapat nilai tinggi di setiap ujian. Terutama Ujian Nasional. Dan dengan semangat aku berhasil mendapatkan nilai tinggi tersebut. Aku bisa mendapat nilai matematika hampir sempurna yakni; 9,75, IPA;9,00; dan bahasa Indonesia; 9,40. Bagiku itu sudah cukup memuaskan. Bagaimana tidak? dengan nilaiku itu, sekiranya aku dapat masuk di sekolah negri favorit di Pakem. Aku tak perlu menyebut detailnya hehe. Memang, SMP itu menjadi cita-cita para pelajar disekitarku.
Namun ternyata, jalan hidupku mengarah kepada tempat lain. Sebuah pondok pesantren di Bantul. Singkat cerita, lalu ketika SMA aku melanjutkan di Pondok Pesantren Ibnul Qoyyim Putri Yogyakarta.
Ya Allah... aku malah sampe mana-mana...
Intinya mulai saat ini aku ingin mencanangkan cita-citaku. Kumohon Aminkan ya guys!!
Pendakwah
Ustadzah
Novelis
Mahasiswi Psikologi UGM
Youtuber
Podcaster
Blogger
Entrepreneur
Psikiater
SEMOGA ALLAH KABULKAN. Amin........
0 Komentar
Beri kami kritikan atau saran yang membangun. terimakasih..